Dampak Pelemahan Ekonomi terhadap Bisnis Hewan Kurban di Indonesia

Dampak Pelemahan Ekonomi terhadap Bisnis Hewan Kurban

Dampak Pelemahan Ekonomi terhadap Bisnis Hewan Kurban di Indonesia – Menjelang Hari Raya Iduladha 2025, bisnis hewan kurban di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat pelemahan ekonomi. Deflasi yang terjadi pada Mei 2025 sebesar 0,37 persen mencerminkan bonus new member penurunan daya beli masyarakat, yang berpotensi memengaruhi penjualan hewan kurban. Meskipun demikian, beberapa pelaku usaha tetap optimis dengan meningkatnya permintaan di beberapa daerah.

Kondisi Ekonomi dan Dampaknya terhadap Bisnis Hewan Kurban

1. Deflasi dan Penurunan Daya Beli

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi yang menunjukkan pelemahan ekonomi. Penurunan daya beli masyarakat kelas menengah dan atas menjadi faktor utama yang memengaruhi jumlah pekurban tahun ini. Berdasarkan riset Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), jumlah pekurban tahun 2025 diperkirakan turun menjadi 1,92 juta rumah tangga, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,16 juta rumah tangga.

2. Penurunan Nilai Ekonomi Kurban

IDEAS memperkirakan bahwa potensi nilai ekonomi kurban tahun ini mencapai Rp 27,1 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp 28,3 triliun. Penurunan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin berhati-hati dalam mengalokasikan dana untuk ibadah kurban.

3. Surplus Hewan Kurban

Meskipun daya beli masyarakat menurun, stok hewan kurban justru mengalami surplus spaceman. Kementerian Pertanian mencatat bahwa pasokan hewan kurban mencapai 3,21 juta ekor, sementara kebutuhan hanya 2,07 juta ekor. Surplus ini menunjukkan kesiapan nasional dalam memenuhi permintaan, tetapi juga menjadi indikasi bahwa penjualan tidak seoptimal tahun-tahun sebelumnya.

Respons Pelaku Usaha Hewan Kurban

1. Optimisme di Tengah Tantangan

Beberapa peternak tetap optimis dengan peningkatan penjualan di beberapa daerah. Ajat, pemilik Putri Kembar Farm, mencatat peningkatan penjualan dibandingkan tahun lalu, dengan 25 ekor domba dan kambing terjual sejak lapaknya dibuka pada 27 Mei 2025. Hal serupa dialami oleh Siswanto, pemilik Sahabat Farm, yang membawa 14 ekor sapi, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6 ekor.

2. Strategi Pemasaran dan Promosi

Para pelaku usaha mulai mengandalkan strategi pemasaran digital untuk meningkatkan penjualan. Ketua Pelaksana Bursa Hewan Kurban (BHQ), Akmalul Hadi, menyebutkan bahwa lonjakan penjualan biasanya terjadi 2-3 hari sebelum Iduladha, sehingga promosi terus dilakukan untuk menarik pembeli.

3. Tren Hewan Kurban Jumbo

Selain sapi ukuran standar, sapi berukuran jumbo mulai menarik perhatian masyarakat situs slot gacor. Husein, pemilik Yansyah Farm, menjual sapi jenis Simmental, Limousin, dan Brangus dengan bobot 625 kg hingga 1,1 ton, dengan harga berkisar antara Rp 48 juta hingga Rp 109 juta. Tren ini menunjukkan bahwa meskipun daya beli menurun, segmen pasar premium tetap memiliki peminat.